Nama : nimas leonita sari
Npm : 16113444
Kelas : 1ka01
Manusia dan kegelisahan
Kegelisahan
timbul karena perbuatan manusia sendiri atau karena keadaan dari luar lingkungan
manusia sendiri, yang memberi pengaruh psikologis, yang dapat
merugikan dirinya maupun orang lain.
Manusia
suatu saat dalam hidupnya akan mengalami kegelisahan. Tragedydunia
modern tidak sedikit dapat menyebabkan kegelisahan. Hal ini mungkin akibat
kebutuhan hidup yang meningkat, rasa individualistis dan egoisme, persaingan
dalam hidup, keadaan yang tidak stabil dan seterusnya kegelisahan dalam konteks
budaya dapatkah dikatakan sebagai akibat adanya instik manusia untuk berbudaya,
yaitu sebagai upaya mencari kesempurnaan.
Alasan
mendasar mengapa manusia gelisah ialah karena manusia memiliki hati dan
perasaan. Bentuk kegelisahannya berupa:
a. Keterasingan
b. Kesepian,
dan
c. Ketidakpastian
Perasaan
seseorang yang sedang gelisah ialah hatinyatidak tentram, merasa
khawatir,cemas, takut, dsb..
Untuk
mengatasi kegeisahan ini, manusia diperintahkan untuk meningkatkan iman, taqwa
dan amal shaleh. Seperti Firman Allah SWT :
“Sesungguhnya manusia
diciptakan bersifat keluh kesah, lagi kikir; apabila ia ditimpa kesusahan ia
berkeluh kesah, tetapi bila mendapat kebaikan ia amat kikir,
kecuali orang-orang yang mengerjakan salat, yang mereka itu tetap mengerjakan
shalatnya dan orang-oran yang dalamhartanya tersedia bagian tertentu, bagi
orang (miskin) yang meminta dan orang (miskin) yang tidak bisa meminta,
......... (QS. Al-Ma’arij, 70: 18-27).
Perasaan cemas menurut
Sigmund Freud ada tiga macam, yaitu:
1. Kecemasan
kenyataan (obyektif)
Contohnya:
Anaknya yang belum pulang, orang tua yang sedang sakit, dsb.
2. Kecemasan neurotic (saraf)
Kecemasan
ini timbul karena pengamtan tentang bahaya dari naluriah. Menurut S. Freud
kecemasan ini dibagi dalam tiga macam, yaitu:
a. Kecemsan
yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan. Kecemasan timbul karena
orang itu takut akan bayangannya sendiri sehingga menekan dan menguasai ego.
b. Rasa
takut irrasional atau phobia. Rasa takut ini sudah menular,
sehingga kadang-kadang tanpa alas an dan hanya karena pandangan saja. Yang
kemudian dilanjutkan dengan khayalan yang kuat dapat menimbulkan rasa takut.
Contoh :
Orang takut ular,
takut binatang berbulu, dsb.
c. Rasa
takut lain ialah rasa gugup, gagap dan sebagainya.
Contoh :
- Seorang
yang tak bisa bernyanyi atau bicara didepan umum, maka ia gelisah dan hilang
keseimbangan.
- Penyesuaian
diri dengan lingkungan
3. Kecemasan moral
Hal
ini muncul dari emosi diri sendiri seperti perasaan iri dan sebagainya.
Contoh :
Datuk meringgi iri
melihat kemajuan usaha bagindo sulaiman. Hatinya selalu gelisah, takut usahanya
akan mati, kalah bersaing. Karena itu ia selalu menyuruh orang agar membakar
took Bagindo sulaiman.
1. Sebab-sebab Orang Gelisah
Sebab-sebab
orang gelisah adalah karena pada hakikatnya orang takut akan kehilangan
hak-haknya.
Kata ishak, “Hak artinya
perintah atau segala ajaran yang dibawa oleh Nabi dan Al-Qur’an”.
Kalau
hak bersifat abstrak, maka hak dalam Al-Qur’an diberi bobot khusus, karena
salah satu nama Allah SWT adalah Al-Haq.
Seperti dalamAl-Qur’an
:
“Kemudian mereka
dikembalikan kepada Allah. Tuhan penguasa yang Haq (QS.Al-Ana’am : 62).
Dan Firman-Nya:
“Sekiranya al-Haq
mengikuti hawa nafsu mereka niscaya langit dan bumi jadi rusak”
Banyak orang berfikir
bahwa kegelisahaan, merupakan keadaaan yang tidak “diinginkan”. Tetapi para
ahli jiwa berfikir bahwa kegelisahan merupakan kondisi hidup manusia, atau
sebagai “kawan akrab” yang memberi stimulus kepada tingkah laku manusia.
Kegelisahan yang terhindarkan disebabkan oleh kompleksitas manusia, lingkungan
dimana ia tinggal, dan keterbatasan fisik dan jiwanya.
Kegelisahan dan
kompleksitas manusia
Motif-motif
perbuatan yang mendorong dan mengarahkan tingkah laku tidak timbul dan dapat
mencapai pemuasan dengan cara yang sederhana. Sebaliknya motif-motif itu
terjadi dalam keadaan ruwet, bahkan kadang-kadang penuh kekacauan. Motif yang berbeda-beda
bersaing satu sama lain, dan pemuasan terhadap motif pertama akan disusul
dengan datangnya motif yang lain. Bertumpuknya pola-pola motif kehidupan
manusia mengajarkan kepada manusia bahwa tidak semua motif dapat dipuaskan,
tetapi ada juga yang memerlukan kesabaran untuk menundanya, dan bahkan bila
perlu motif itu ditinggalkan. Bila tidak akan menghasilkan kegelisahan.
*sumber
Notowidagdo Rohiman H.
2002. Ilmu Budaya Dasar
berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Prasetya Tri Joko Drs,
dkk (Anggota IKAPI), 1998, Ilmu Budaya Dasar (lengkap).Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Djoko Widagdo Drs, dkk, 1999. Ilmu
Budaya Dasar. Jakarta:
Bumi Aksara.